Jumat, 08 Januari 2010

Digagas, Universitas Abdurrahman Wahid

SELAIN gelar pahlawan nasional untuk KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur)—yang juga sudah resmi diusulkan Pemprov Jatim—, nama jalan, bisa jadi kelak ada Universitas KH Abdurrahman Wahid. Untuk itu saat ini Pengurus Besar Ikatan Keluarga Alumni PMII ( PB IKA-PMII) tengah mengagas sebuah universitas untuk melestarikan visi Gus Dur dalam HAM, pluralisme, demokrasi, dan keadilan sosial.

“Kami merasa perlu melestarikan dan melanjutkan ide-ide Gus Dur dengan mendirikan universitas. IKA PMII akan memprakarsai berdirinya universitas itu di Jakarta,” kata Ketua Umum IKA PMII, Arief Mudatsir Mandan, dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (6/1) kemarin.

Menurut salah satu ketua DPP PPP ini, IKA PMII akan menggodok berdirinya universitas yang rencananya diberi nama UAW (Universitas Abdurrahman Wahid) bersama keluarga, PBNU dan kolega Gus Dur dari berbagai etnis, kelompok dan agama. Diharapkan dengan kebersamaan ini gagasan mendirikan universitas untuk persembahan bagi Gus Dur segera terealisasi.

“Ide pendirian universitas ini akan kita matangkan dengan melibatkan berbagai kelompok lintas agama, etnis dan komunitas. Sebab yang memiliki Gus Dur itu bukan hanya orang NU, tetapi semua kelompok dan bangsa ini,” papar mantan Wakil Ketua Komisi I DPR ini.

Arief menambahkan, UAW akan benar-benar mempertimbangan kajian yang selama ini diperjuangkan Gus Dur. Tempatnya pasti di Jakarta, namun lokasi yang cocok akan dibicarakan lebih lanjut.

“Tempat Insya Allah di Jakarta. Universitas itu nanti akan benar-benar menggambarkan sosok Gus Dur yang tak lelah memperjuangkan pluralisme, demokrasi, HAM dan keadilan sosial. Selain tentu mewujudkan Gus Dur-Gus Dur baru,” pungkasnya.

Sementara itu, Sekjen IKA PMII Effendi Choirie menilai ide mendirikan universitas Abdurrahman Wahid ini orisinil dari keluarga besar PMII. Ide ini dirasa sangat mendesak direalisasikan karena Indonesia saat ini sedang diserang oleh aliran dan faham-faham yang mengancam pluralitas dan demokrasi.

“Ide UAW penting untuk melahirkan pemimpin yang punya visi, wawasan kebangsaan yang inklusif dan toleran. Sebab, saat ini tengah maraknya pemahaman keagamaan yang sempit dan radikal,” terang Gus Choi.

Selain mendirikan universitas, lanjut Gus Choi, IKA PMII juga mendorong pemerintah melalui Depsos segera menetapkan Gus Dur sebagai pahlawan nasional. Sebab, aspirasi rakyat untuk menjadikan Gus Dur sebagai pahlawan tidak hanya datang dari satu daerah dan satu kelompok saja.

“Kalau ada orang yang tidak setuju dengan gelar pahlawan untuk Gus Dur, itu berarti kelompok teroris dan fundamentalis Islam. Karena syarat-syarat yang lain soal gelar pahlawan sudah dipenuhi Gus Dur dan semua kelompok menyetujui usulan itu,” tegas Gus Choi.

Terkait usulan rehabilitasi nama Gus Dur, Gus Choi menolak tegas gagasan itu. Sebab, kata dia, Gus Dur jatuh dari posisinya sebagai presiden karena konspirasi politik jahat dan bukan karena kesalahan Gus Dur sebagaimana yang dituduhkan dalam kasus Buloggate dan Bruneigate. Apalagi tidak pernah ada pengadilan atas tudingan itu kepada Gus Dur.

“Nama Gus Dur tidak perlu direhabilitasi karena soal Buloggate dan Bruneigate. Sebab memang kasus itu tidak ada, hanya akal-akalan saja. Gus Dur turun bukan karena salah, tetapi karena kalah. Jadi apanya yang mau direhabilitasi,” tegasnya.

Selain kedua hal di atas, PB IKA PMII juga akan memprakarsai dijadikannya tanggal 30 Desember sebagai hari kemajemukan nasional. Hal ini didasarkan pada upaya merealisikan dasar-dasar Pancasila dan semangat Bhinneka Tunggal Ika.

Komunitas Lintas Iman terdiri berbagai tokoh beragam lintas agama melalui juru bicaranya Syafii Anwar, meminta pemerintah menjadikan tanggal 30 Desember atau hari wafatnya Gus Dur sebagai Hari Pluralisme Indonesia. Pernyataan tersebut dikemukakan oleh M. Syafii Anwar kepada para wartawan saat menggelar jumpa pers di Wahid Institute Jakarta, Selasa lalu. “Kami sangat
menghargai jika pemerintah menyambut usulan ini, “ujar Syafii.

Syafii juga mengemukakan jika Komunitas Lintas Iman juga mendukung sepenuhnya pemberian gelar Pahlawan Nasional kepada Gus Dur. Menurutnya dukungan masyarakat luas dari berbagai golongan, suku, agama, profesi yang ada di Indonesia mencerminkan keinginan yang kuat untuk menyematkan gelar pahlawan nasional kepada Gus Dur.

“Pemerintah harus aspiratif,” ujarnya. Namun, menurut Syafii, hal penting yang harus dilakukan sebelum itu adalah membersihan nama baik Gus Dur terutama terkait kasus Buloggate dan Bruneigate, yang dijadikan alasan oleh lawan-lawan politiknya untuk menjatuhkan Gus Dur dari kursi kepresidenan pada tahun 2001.

Jumat, 01 Januari 2010

Gus Dur

MasyaAllah...Ada rahasia angka di balik wafatnya Gus Dur. Gus Dur wafat tgl 30-12-09jam 18.45, semua angka tersebut jika dikalikan dengan angka itu sendiri jumlahnya adalah 9: 18x18=324 = 3+2+4=9, 45x45=2025 = 2+0+2+5=9, 30x30=900= 9+0+0=9, 12x12=144 = 1+4+4=9, 09x09=81 = 8+1=9.Subhanallah...18x45x30x12x09 = 2624400...= ...